Generasi strawberry dan generasi durian melekat pada diri remaja kita. Keduanya memiliki nilai plus dan minus. Bagaimana kita sebagai guru dan orang tua bisa membersamai mereka supaya potensinya lebih terasah?
PCM GKB – Setelah gen Z, generasi Milenial, dan generasi alpha, kini ada lagi istilah strawberry generation dan durian generation.
Kedua istilah ini tidak merujuk pada buah favorit dari sekelompok orang, melainkan merujuk pada mental dan perilaku sekelompok orang. Apa bedanya strawberry generation dan durian generation ini?
Istilah generasi strawberry pertama kali muncul di kalangan masyarakat Taiwan. Kelompok ini diberi nama strawberry generation adalah karena mentalnya yang lunak seperti buah strawberry.
Mental Strawberry generation tidak sekuat orangtuanya yang mampu menghadapi berbagai tekanan. Mereka lebih lembek dan mudah menyerah, bahkan sakit hati. Jika diberi tekanan berlebih, anak generasi strawberry akan hancur. Meski demikian, mereka sebenarnya cukup kreatif.
Beberapa ciri lain dari generasi ini adalah mudah putus asa, plin plan alias tidak bisa mengambil keputusan dengan mantap, egois, manja, enggan keluar dari zona nyaman, serta menginginkan kesuksesan yang instan.
Tidak sedikit juga anak generasi strawberry yang gemar mendiagnosis penyakit mentalnya sendiri tanpa bantuan pihak profesional.
Penyebab utama dari lembeknya mental dari strawberry generation ini adalah pola asuh orang tuanya yang terlalu protektif dan menyediakan semua kebutuhan anaknya.
Kalau generasi strawberry datang dari Taiwan, maka generasi durian ini berasal dari Singapura. Generasi ini disebut-sebut lebih buruk daripada generasi strawberry. Perilaku negatif generasi durian adalah disebabkan karena pola asuh orang tua yang over protektif, terlalu memanjakan, dan selalu menjadi tameng anak ketika mereka melakukan kesalahan.
Bagaikan buah durian, generasi ini terlihat kuat. Padahal dalamnya lembek. Duri pada kulit durian sendiri merujuk pada orang tua generasi ini yang bertindak sebagai pelindung.
Baca juga: Prasangka kepada Orang Lain Itu adalah Cermin bagi Kita
Jika anak generasi strawberry cenderung membawa dampak negatif bagi dirinya sendiri, maka anak generasi durian justru memberikan dampak negatif bagi lingkungan di sekitarnya. Wajar saja kalau generasi durian dikatakan lebih buruk.
Beberapa ciri khas generasi durian adalah cenderung bersikap kasar, agresif, keinginannya harus cepat terpenuhi, arogan, dan egois.
Mereka juga tidak terbiasa untuk berusaha dalam segala bidang karena selalu mengandalkan bantuan orang tua. Selain itu, karena tumbuh di dunia serba digital dan internet, anak generasi durian juga sangat tergoda untuk menjadi viral di media sosial.
Generasi strawberry ditujukan kepada mereka yang lahir di atas tahun 1980 dan memiliki mental lembek. Sedangkan generasi durian ditujukan pada mereka yang lahir di antara tahun 1990 hingga 2000. Jika diambil simpulan, maka sebenarnya generasi durian dan strawberry ini berasal dari generasi milenial (istilah yang digunakan oleh media modern). Hanya saja perbedaannya yang sangat terlihat jelas ada pada kekuatan mental dan perilaku.
Mental generasi strawberry yang terlanjur lembek sebenarnya masih bisa diatasi. Tentunya dengan bantuan tenaga profesional di bidang psikologi. Generasi strawberry harus bangkit dan menumbuhkan rasa percaya dirinya. Perlahan tapi pasti.
Oleh karena istilah kedua generasi ini ditujukan untuk mereka yang lahir di antara tahun 1980-2000-an, maka gen Z juga berpotensi menjadi kedua generasi strawberry dan durian. Di sini peran orang tua sangat besar misalnya dengan mengubah pola asuh.
Di antaranya dengan tidak memanjakan anak, tidak memberi labeling negatif, tidak memaksakan kehendak pribadi pada anak, membiarkan anak belajar mengambil keputusan sendiri, serta mengajarkan anak untuk berlapang dada ketika menghadapi kegagalan.
Baca juga: Dua Sisi Mata Pisau Sastra Cyber dalam Pengembangan Literasi Digital
Maka diharapkan kita dapat mencegah dan menekan angka pertumbuhan generasi strawberry dan generasi durian demi masa depan generasi yang lebih baik.
Membersamai Dua Generasi
Untuk menghindari menjadi bagian dari generasi strawberry, baik sebagai individu maupun sebagai orang tua, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
1. Mengembangkan Ketahanan
Mengembangkan ketahanan emosional dan mental sangat penting. Ini melibatkan pembelajaran bagaimana cara menghadapi kegagalan, stres, dan tantangan dengan cara yang sehat.
2. Pelajari Keterampilan Hidup
Mengembangkan keterampilan hidup seperti mengatur waktu, memasak, dan mengurus keuangan sendiri adalah penting untuk menjadi mandiri.
3. Hadapi Tantangan
Menghadapi tantangan dan keluar dari zona nyaman adalah cara yang baik untuk membangun ketahanan dan kepercayaan diri.
4. Pendidikan Karakter
Untuk orang tua, penting untuk memfokuskan pendidikan tidak hanya pada prestasi akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan etika kerja.
Lima cara orang tua untuk mencegah anak menjadi generasi durian yang bisa dilakukan, yaitu terapkan nilai kerja keras, bat aturan yang jelas, batasi sikap konsumtif, ajarkan anak agar suka berbagi, dan menjadi panutan yang baik. (*)
Penulis Ichwan Arif.