
PCM GKB – Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik kembali menjadi saksi kajian tafsir Al-Qur’an bersama Ustaz Shofwan, M.Ag., M.H., pada Senin, 13 Oktober 2025. Di hadapan para jemaah, Ustaz Shofwan menyampaikan tema yang menyentuh hati, “Allah Mengampuni Dosa-Dosa Bagian Kedua.”
Malam itu, Ia menggarisbawahi betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, bahkan kepada mereka yang kafir. “Betapa sayangnya Allah kepada hamba-Nya sampai Allah selalu menasihati kita, memberitahu bagaimana Allah mengampuni dosa-dosa kita,” ujar Ustaz Shofwan.
Ustaz Shofwan mencontohkan bukti kasih sayang Allah yang luas, bahkan kepada orang kafir. Pada zaman Rasulullah periode Makkah, Allah menawarkan ampunan-Nya kepada kaum kafir melalui lisan Rasulullah saw.
“Saat itu namanya Abu Sufyan dan kawan-kawan. Rasulullah disuruh menyampaikan pada Abu Sufyan dan kawan-kawan yang kafir itu. ‘Wahai Abu Sufyan dan kawan-kawan, jika kalian berhenti dari kekafiran, berhenti dari memerangi aku, memerangi Rasul, Allah bersedia menghapus dosa-dosa kalian semuanya, bahkan dosa-dosa yang lalu.’ Sampai begitu Allah menasihati orang kafir lewat lisan Rasul! Bukankah itu menunjukkan bahwa Allah itu sayang?” jelasnya.
Fenomena ini, ia sebut sebagai pemutihan dosa, bukan pemutihan pajak. Pemutihan dosa berlaku bagi orang kafir jika mereka berhenti dari kekafirannya, kemudian beriman dan masuk Islam. Dengan itu, Allah membersihkan dan memutihkan dosa-dosa mereka hingga nol, seperti bayi yang baru lahir.
Syarat Ampunan Dosa Masa Lalu
Ustaz Shofwan mengajak jemaah membuka Surah Al-Anfal (8) ayat 38, yang khusus menginformasikan hal ini. Mula-mula untuk orang kafir di Makkah, tetapi juga untuk semua orang kafir di dunia.
Bunyinya: “Katakanlah (wahai Nabi) kepada orang-orang kafir itu. Jika mereka berhenti dari kekafirannya—otomatis beriman, bertauhid, masuk Islam, berhenti memerangi Nabi—maka Allah bakal mengampuni dosa-dosa mereka yang sudah lalu semua dosanya.”
Hal ini menjadi kegembiraan besar bagi seorang mualaf. Ustaz Shofwan berujar, “Makanya, kalau ada orang mualaf, masyaallah betapa senangnya mualaf itu. Misalnya mualafnya sudah berusia 60 tahun baru mualaf. Maka dosanya sejak balig sampai umur 60 tahun itu Allah putihkan, namanya pemutihan dosa.”
Ia juga menceritakan kisah Rasulullah di Madinah yang memiliki tetangga Yahudi. Ayah si pemuda Yahudi ini sedang sakit parah dan Rasulullah menjenguknya. Menjenguk orang sakit, meski berbeda agama, adalah perbuatan yang dianjurkan. Rasulullah kemudian menawarkan kepada pemuda itu untuk masuk Islam dengan membaca syahadat.
“Si pemuda ini karena ditunggui ayahnya, melirik ayahnya, artinya meminta persetujuan ayahnya. Ayahnya berisyarat, ‘Wahai anakku, nurutlah Nabi, nurutlah Nabi,’ berarti dia mendapat izin dari ayahnya,” kisah Ustaz Shofwan.
Pemuda itu bersedia, lalu Rasulullah menuntunnya membaca syahadat. Setelah itu, ia meninggal. Rasulullah kemudian berkata kepada para sahabat, “Sahabat-sahabat, salatilah dia. Allah telah menyelamatkan dia dari siksaan api neraka.”
Memaafkan: Syarat Meraih Cinta dan Ampunan Allah
Selain berhenti dari kekafiran, Ustaz Shofwan menyampaikan sebab lain Allah mengampuni dosa, yaitu dengan mau memaafkan dan berlapang dada terhadap kesalahan orang lain. Dosa orang yang memaafkan bakal diampuni oleh Allah.
“Jangan dibalik. Karena jengkelnya keterlaluan, lalu berkata, ‘Tidak ada maaf bagimu.’ Itu tidak ada di Al-Qur’an. Itu tuntunan siapa? Orang yang bilang tidak ada maaf bagimu berarti tidak ingin dosanya diampuni sama Allah,” tegasnya.
Ia mengajak jemaah menyimak Surah An-Nur (24) ayat 22. Ayat ini turun menegur Abu Bakar yang telah bersumpah tidak akan membantu lagi kerabatnya, Mistah bin Utsasah, yang ikut menyebarkan fitnah terhadap putrinya, Aisyah.
Ustaz Shofwan menceritakan kisah fitnah terhadap Aisyah yang disebarkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul—tokoh munafik Madinah—dengan dibantu oleh Mistah yang selama ini rutin dibantu Abu Bakar. Abu Bakar kemudian bersumpah tidak akan membantu Mistah lagi.
“Ayat ini turun menegur Abu Bakar. Yang ditegur bukan Mistah, tapi Abu Bakar. Tegurannya, ‘Walya’fu wal yashfahu. Wis toh, maafkanlah dia dan lapangkanlah dadamu. Jangan sampai punya rasa dendam, bersihkan dadamu, jangan sakit hati.’ Di akhir ayat, Allah bertanya, ‘Ala tuhibbuna ayyaghfirallahu lakum? Jika kalian ingin diampuni dosa-dosa kalian oleh Allah?'” papar Ustaz Shofwan.
Dengan kata lain, jika ingin dicintai Allah dan diampuni dosa, seseorang harus mudah memaafkan kesalahan orang lain dan berlapang dada.
Sumpah Baik dan Pertemuan Jodoh yang Baik
Teguran Allah kepada Abu Bakar ini juga termuat dalam Surah Al-Baqarah (2) ayat 224: “Wala taj’alullaha ‘urdatan li’aimanikum. Janganlah sumpah-sumpah kalian menjadikan penghalang bagi kalian untuk berbuat baik.
“Ustaz Shofwan menerangkan, “Ini teguran Allah pada Abu Bakar. Jangan sumpahmu menjadi penghalang untuk kamu berbuat baik. Ya sudah, tetap santunilah. Jangan sampai sumpah kita itu menjadi penghalang untuk berbuat baik.”
Allah justru memerintahkan, “Bertakwalah dan berdamailah. Belajarlah berdamai, meskipun pernah disakiti. Dan berdamailah di antara manusia.”
Ia menegaskan, hidup menjadi tenang, enak, dan nyaman jika kita berdamai dengan teman dan tetangga. Terkait dengan fitnah terhadap Aisyah, Ustaz Shofwan juga merujuk Surah An-Nur (24) ayat 26, di mana Allah membela Aisyah dan Safwan bin Al-Mu’aththal (bukan Abu Sufyan, karena Abu Sufyan adalah ayah Muawiyah) dari tuduhan selingkuh.
“Allah sendiri yang menerangkan bahwa Aisyah itu bersih. Tidak mungkin selingkuh. Allah berfirman: Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji, dan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Rasulullah itu baik, tidak mungkin istrinya selingkuh. Ini perlu kita pegang. Kalau kita baik, Insyaallah Allah temukan jodoh yang baik,” katanya.
Di akhir ayat, Allah menjanjikan ampunan (maghfirah) dan rezeki yang mulia (rizqun karim) bagi mereka yang bersih dari tuduhan. Rezeki yang mulia ini, menurut para pakar tafsir, adalah surga.
Memaafkan Ciri Orang Bertakwa
Ustaz Shofwan menekankan kembali pentingnya memaafkan dan berlapang dada sebagai kunci ampunan. Ia merujuk pada lanjutan Surah An-Nur (24) ayat 22 dan Surah An-Nisa (4) ayat 149.
Allah berfirman: “Jika kalian menampakkan kebaikan, atau kalian menyembunyikan kebaikan, atau kalian memaafkan kesalahan orang lain—maka Allah Maha Pemaaf lagi Maha Berkuasa. Allah menggandengkan. Kalau kamu ingin Aku maafkan, kamu juga harus mau memaafkan kesalahan orang lain.”
Mudah memaafkan kesalahan orang lain adalah ciri khas orang-orang yang bertakwa. Ustaz Shofwan mengajak jemaah mengukur ketakwaan diri dengan merujuk Surah Ali Imran (3) ayat 133 dan 134. Surga disiapkan bagi orang bertakwa.
Ayat 134 menjabarkan ciri-ciri mereka. “Siapa orang bertakwa itu? Yaitu orang-orang yang menginfakkan sebagian hartanya dalam keadaan lapang dan sempit, mampu menahan marah, dan mudah memaafkan kesalahan orang lain.” (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah
Eksplorasi konten lain dari PCM GRESIK KOTA BARU (PCM GKB)
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.