Tag Archives: Pengajian Ramadhan GKB

Empat Tips Menciptakan Keluarga Harmonis

Suhadi Fadjaray menyampaikan materi dalam Pengajian Ramadan Pimpinan Cabang Muhammdiyah (PCM) GKB, Sabtu (1/4/23) (Rahmat/PWMU.CO)

Empat Tips Menciptakan Keluarga Harmonis, liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Fitri Wulandari

PCM GKB –  Empat tips menciptakan keluarga harmonis disampaikan Suhadi Fadjaray dalam Pengajian Ramadhan 1444 H Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik, Jawa Timur, Sabtu (1/4/2023).

Dalam pengajian yang diselenggarakan Mugeb Islamic Center (MIC), dia menyampaikan dalam Surah al-Furqan ayat 74 terdapat sebuah penjelasan mengenai ciri-ciri keluarga harmonis.

“Dan orang orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Dia memaparkan, dari ayat tersebut kita dapat mengambil pelajaran keluarga yang harmonis adalah yang memiliki dua ciri, yaitu memiliki pasangan yang dapat menyenangkan hati dan mempunyai keturunan yang juga menyenangkan hati.

“Dengan  kondisi yang menyenangkan inilah akan lahir karakter kepemimpinan,” imbuhnya.

Keluarga Harmonis

Suhadi menjelaskan tips agar  pasangan dapat menjadi sosok yang menyenangkan, pertama pereda emosi yang berlebihan.

“Kebanyakan masalah di keluarga muncul karena ketidakpahaman dalam komunikasi antara suami dan istri. Suami dan istri dianugeri Allah kemampuan yang berbeda.”

Istri bisa multitasking, sedangkan suami cenderung fokus pada suatu hal. Hal ini menuntut kemampuan untuk memahami antara yang satu dengan yang lain.

Kedua, pendengar yang baik. Seorang istri jika memiliki masalah, akan cenderung untuk menceritakan masalahnya, maka seorang suami perlu menyediakan telinga untuk menampung cerita istri.

“Bapak-bapak harus mendengarkan ya, tidak sekadar mendengar lho,” jelas Suhadi. 

Mendengarkan berarti menyimak sambil sesekali memberikan kata yang menunjukkan respons. Hal ini perlu dilakukan agar istri merasa dioerhatikan.

“Tenang bapak-bapak, jenengan tidak perlu memberikan solusi. Hanya perlu untuk mendengarkan saja,” tandasnya yang diiringi gelak tawa dari peserta pengajian Ramadan.

Ketiga, pemberi saran. Dia menceritakan suatu kisah ketika Rasulullah dalam perjalanan umrah bersama Umu Salamah dan sahabat. Rasulullah meminta para sahabatnya untuk memotong rambut dan hewan ternak. Namun mendengar perintah ini tidak diindahkan oleh para sahabat.

“Sahabat hanya diam saja. Melihat itu, Rasulullah segera masuk tenda Umu Salamah dan menyampaikan yang dialaminya. Umu Slamah menjawab “Rasulullah lakukan saja memotong kuku dan menyembelih hewan kurban. Saran itu dilakukan oleh Rasulullah dan tak lama kemudian sahabat yang melihat Rasulullah, segera mengikuti apa yang dilakukan seperti yang diperbuat Rasulullah.

“Dari cerita ini istri dapat memberikan saran kepada para suami agar para suami dapat melakukan hal yang baik.”

Keempat, pemberi hadiah. Dia menjelaskan tidak bisa dipungkiri salah satu yang dapat membahagiakan istri adalah hadiah. Maka seorang suami perlu memberikan hadiah untuk istrinya.

“Hadiah kepada istri akan menambah kecintaan istri kepada suaminya.”

Sebelum menutup materinya, Suhadi mengutip isi Surat an-Nisa ayat 34, seorang suami harus mampu menjadi pemimpin bagi istrinya. Oleh sebab itu para suami harus berilmu.

“Istri-istri perlu membantu suaminya untuk menuntut ilmu,” tambahnya. Suhadi kemudian memberikan tips bagi istri agar menanyakan isi khotbah jumat pada suaminya. Dengan begitu istri sudah membantu suaminya untuk menambah ilmunya.

“Hubungan suami, istri, dan Allah diibaratkan piramida. Kedekatan suami dan istri kepada Allah akan membuat kesatuan piramida. Sedangkan anak-anak berada di dalam piramida,” imbuhnya.

Orangtua, tekannya, perlu melakukan kaderisasi iman sehingga anak dan cucu dapat masuk surga bersama dengan keluarga. Kaderisasi tersebut harus dilakukan dengan istiqamah dalam tujuan menjaga diri dan keluarga. (*)

Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.

Sumber berita Empat Tips Menciptakan Keluarga Harmonis

Bacaan Gharib Jadi Ice Breaking Pengajian Ramadhan Ini

Peserta Pengajian Ramadhan MIC PCM GKB Gresik (Rahmad/PWMU.CO)

Bacaan Gharib Jadi Ice Breaking Pengajian Ramadhan; Liputan kontributor PWMU.CO Gresik Fitri Dewi Sundari

PCM GKB – Ice breaking dalam sebuah pelatihan biasanya diisi dengan permainan atau game. Tapi ice breaking atau pemecah kebekuan dalam Pengajian Ramadhan yang diselenggarakan oleh Mugeb Islamic Center (MIC) Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik, Jawa Timur, ini berbeda.

Pasalnya yang menjadi ice breaking pada kegiatan yang digelar di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik, Sabtu (1/4/2023) itu adalah materi ilmu tajwid bab bacaan gharib.

Pengajian Ramadhan bertajuk “Semangat Ramadhan Menuju Spiritualitas Konstruktif” ini diikuti seluruh guru Mugeb School yakni empat sekolah Muhammadiyah GKB: SD Mugeb, Berlian School, Spemdalas, dan Smamio.

Saiful Rizal SPdI— yang siang itu bertugas mengisi ice breaking-–mencoba membangunkan mood dan mencairkan suasana dengan mengajak mereka belajar bacaan gharib atau bacaan asing.

Dia memulai dengan menyapa peserta pengajian kemudian mengajak peserta untuk belajar bacaan gharibyang ada didalam al-Quran

“Bacaan gharib merupakan salah satu hukum bacaan al-Quran. Meskipun tidak banyak banyak buku tajwid yang membahas materi ini sebagai, umat Islam kita dianjurkan untuk belajar bacaan gharib,” katanya.

Dia menjelaskan, dalam al-Quran terdapat ayat yang cara membacanya tidak biasa disebut gharib. Secara singkat bacaan gharib diartikan bacaan-bacaan yang jarang atau tidak banyak di dalam al-Quran. “Selain itu sebagian bacaan-bacaan yang tergolong ke dalamnya mempunyai kekhususan dalam hal membacanya,” katanya.

Jenis Bacaan Gharib 

Ustadz Saiful, sapaannya, menjelaskan, bacaan gharib pertama adalah imalah yang artinya memiringkan bacaan fatkha ke arah bacaan kasrah atau memiringkan bacaan alif ke arah ya. Contoh bacaan teraebut ada di dalam Surat Hud Ayat 41. Yakni  lafal majroha menjadi majreha.

Jenis bacaan gharib yang kedua adalah isymam. “Cara membacanya dengan mencampurkan bacaan dammah dengan bacaan sukun,” katanya.

Jenis yang ketiga adalah saktah yang artinya diam atau berhenti sejenak sebelum melanjutkan bacaan selanjutnya. “Namun ketika berhenti tidak boleh mengambil nafas sebanyak 2-4 harakat.

Terdapatempat4 lafal saktah yang ada di dalam al-Quran yakni surat al-Kahfi di akhir ayat pertama, Surat Yasin Ayat 52, Surat al-Qiyamah ayat 27, dan Surat al-Muthaffifin Ayat 14. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Sumber berita Bacaan Gharib Jadi Ice Breaking Pengajian Ramadhan Ini

Menjadikan Syukur sebagai Bahan Baku Utama Kebahagiaan Keluarga

Suhadi Fadjaray menyampaikan materi dalam Pengajian Ramadan Pimpinan Cabang Muhammdiyah (PCM) GKB, Sabtu (1/4/23) (Rahmat/PWMU.CO)

Menjadikan Syukur sebagai Bahan Baku Utama Kebahagiaan Keluarga, liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Fitri Wulandari

PCM GKB –  Pengajian Ramadhan 1444 H Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik, Jawa Timur mendatangkan pemateri Suhadi Fadjaray, Sabtu (1/4/2023).

Dalam Pengajian yang diselenggarakan Mugeb Islamic Center (MIC), dia mengawali materinya di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB dengan menceritakan kisah yang dialami seorang ayah yang telah menghabiskan waktunya untuk bekerja keras demi dapat menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik.

Namun sang anak malah tidak bertegur sapa dengan sang ayah bahkan mengharapkan kematiannya agar dapat segera menerima warisan.

“Jangan sampai bekerja, atau berorganisasi dengan luar biasa hingga melupakan keluarga,” tegas konsultan kelurga sakinah ini di hadapan guru 4 sekolah dalam naungan Majelis Dikdasmen PCM GKB ini.

Dia menyampaikan orangtua perlu memiliki ilmu dalam menjalani biduk keluarga. Sudah jamak terjadi anak yang bermasalah ternyata ketika dirunut lebih jauh bermasalah dari keluarga yang bermasalah.

“Allah mempunyai mekanisme yang  luar biasa untuk menyayangi kita, yaitu dengan perintah berpuasa yang termaktub dalam al-Baqarah 183,” kata penulis buku Harmoni Cinta ini.

Allah menyebut orang-orang beriman untuk menerima perintah puasa karena perintah ini adalah sarana untuk menahan diri. Dengan kaitan kemampuan menahan diri inilah nantinya kita akan masuk surga bersama dengan keluarga kita.

Lebih lanjut, dia mengutip data terkait tingkat perceraian di Jawa Timur yang mendudukin peringkat tertinggi se-Indonesia.

“Dari 3 alasan perceraian, yaitu karena tidak harmonis, tidak bahagia, dan faktor ekonomi, alasan tidak harmonis merupakan alasan terbanyak,” sambungnya.

Jika, lanjutnya, dicari sumbernya gugatan datang dari istri sebesar 78 persen, sedangkan gugatan yang diajukan suami sebesar 22 persen. Hal ini menunjukkan tingkat kebahagiaan istri lebih rendah.

“Tentu ada yang perlu dikaji lebih lanjut  dari fenomena ini,” jelasnya.

Masuk Surga bersama Keluarga

Suhadi Fadjaray menjeladkan Rasullullah menyatakan jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan menaati suaminya, niscaya akan dikatakan padanya: Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau.” (HR Ahmad)

Dari hadist tersebut dapat diambil simpulan wanita sangat mudah masuk surga karena dia hanya diminta melakukan ibadah yang wajib. Namun tentu ada syarat yang relatif tidak mudah yaitu berlaku taat kepada suami.

“Ibu-ibu ingin masuk surga, kan?” tanyanya pada peserta ibu-ibu.

“Nah, ibu-ibu diharapkan memperhatian syarat yang terakhir, ya,” tambahnya yang diiringi tepuk tangan peserta pengajian.

Suhadi kemudian mengutip surat Luqman ayat 12 yang berbunyi, Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.

Dari surat ini, tegasnya, dapat kita ambil hikmah tentang bahan baku utama bahagianya sebuah keluarga, yaitu bersyukur.

“Punya apapun jika bersyukur akan merasakan bahagia. Surat Luqman ini juga berisi perintah untuk berhikmah. Berhikmah dalam keluarga berarti punya pemahaman, punya ilmu, serta bertutur kata yang baik,” katanya.

Bersyukur dan berhikmah inilah yang menjadi dasar untuk mendidik suami, istri, dan anak dalam keluarga. Akidah, ibadah, dan adab harus selalu dipegang di manapun berada.

“Tidak setiap laki-laki bisa menjadi suami atau ayah. Begitu pula sebaliknya tidak setiap wanita bisa menjadi istri atau ibu. Oleh karena itu jika sudah menjadi suami, ayah maka bersyukurlah. Jangan sampai jomblo memgeluh, punya pasangan mengeluh, punya anak mengeluh,” sambungnya.

Ayah dan ibu harus bersyukur mempunyai anak, sebaliknya anak juga bersyukur memiliki ayah dan ibu. Dengan bersyukur, ungkapnya, ketika menghadapi masalah akan dibicarakan dengan kepala dingin sehingga menemukan jalan keluar terbaik. (*)

Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.

Sumber berita Menjadikan Syukur sebagai Bahan Baku Utama Kebahagiaan Keluarga

Islam Melahirkan Umat Unggul dan Peradaban Maju

Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Hamim Ilyas MAg menjadi materi Reaktualisasi Paham Islam Muhammadiyah yang Berkemajuan, Sabtu (1/4/23) (Ichwan Arif/PWMU.CO)

PCM GKB – Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Hamim Ilyas MAg menjadi materi Reaktualisasi Paham Islam Muhammadiyah yang Berkemajuan, Sabtu (1/4/23).

Dalam Pengajian Ramadhan 1444 H yang diselenggarakan Mugeb Islamic Center (MIC) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB dia memulai dengan menerangkan pengertian Islam.

“Islam berasal dari akar kata yang mengandung makna naik atau maju,” ujarnya pada peserta pengajian di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) dan diikuti oleh guru di lingkungan Muhammadiyah GKB (Mugeb School).

Hamim, panggilannya, menyampaikan Islam berkemajuan sesungguhnya sama dengan Islam itu sendiri. Apabila dipahami dan diamalkan dengan benar, Islam akan melahirkan umat yang unggul dan peradaban yang maju.

Peradaban yang maju itu, sambungnya, dimulai dari Muhammadiyah dulu, lalu disebarkan ke masyarakat luas.

“Islam sesungguhnya agama yang mempertinggi derajat dan memajukan kehidupan manusia,” katanya.

Islam Rahmatan lil Alamin

Dia menjelaskan tentang Islam sebagai Rahmatan lil Alamin berdasarkan Surat al-Baqarah ayat 62, yang menegaskan bahwa orang yang beriman dan beramal sholih itu ukuran perolehannya disebutkan ada tiga.

Pertama, Lahum ajruhum ‘inda rabbihim. Ditafsirkan sebagai sejahtera yang paling sejahtera. Artinya Allah memberikan ketersediaan untuk memenuhi kebutuhan kita.

“Kebutuhan kita akan meningkat mengikuti perkembangan zaman. Kebutuhan kita sekarang misalnya komunikasi dan penerangan,” terang dosen fakultas syariah UIN Sunan Kalijaga ini.

Perubahan penerangan yang terjadi adalah sekarang memakai lampu meskipun lampu listriknya itu masih pencet saklar. Itu sudah peningkatan kesejahteraan dari yang sebelumnya pakai lampu minyak. Itu salah satu contohnya.

Yang kedua, Laa khoufun alaihim. Maknanya tidak ada rasa takut pada mereka. Yang dimaksud adalah hidup damai sedamai-damainya.

Tidak ada ketakutan kekhawatiran jenis apapun, bidang ekonomi, maupun yang lain. Kita punya siswa, nah siswa kita itu merasa masa depannya cerah atau masa depan suram? Kalau merasa masa depan suram berarti islam kita belum rahmatan lil alamin.

Ketiga adalah laa hum yakhzanun. Yang berarti mereka tidak bersedih hati. Maksudnya adalah bahagia yang paling bahagia.

“Sedih itu ada berbagai macam, ada galau, di atasnya ada cemas, di atasnya lagi stress, di atas stress ada depresi. Allah menjanjikan kebahagiaan bagi orang yang beramal shalih,” tuturnya.

Perangi Penyakit Peradaban

Dosen Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia ini kemudian menjelaskan Islam sebagai rahmatan lil alamin adalah memberikan kebaikan nyata berupa hidup yang baik.

“Islam rahmatan lil alamin yang di Muhammadiyah dirumuskan dengan Islam berkemajuan. Itu ukuran hidup baik yang seharusnya kita wujudkan,” ujar penulis Fiqih Akbar Prinsip-Prinsip Teologi Islam Rahmatan lil Alamin ini.

Dengan iman dan ilmu kita, lanjutnya, harusnya spiritualitas kita tinggi, ekonomi kita tinggi, hukum kita pun juga tinggi.

Hamim melanjutkan untuk mewujudkan Islam berkemajuan, Muhammadiyah berusaha memerangi penyakit peradaban.

“Penyakit peradaban itu keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan dan kemerosotan akhlak. Kita Muhammadiyah memerangi penyakit peradaban itu. Kalau sakit, berobatlah ke rumah sakit, jangan ke dukun,” terangnya.

Dia juga menjelaskan level keimanan kita bisa dilihat dari getaran hati saat mendengar nama Allah.

“Saat nama Allah disebut, hati terasa bergetar, itu tandanya ada kontak batin dengan Allah. Harapannya iman kita sampai pada level itu,” ujarnya. (*)

Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Berorientasi ke Depan, Sekolah Muhammadiyah Jadi Model

Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur Dr Khozin MSi menyampaikan materi Peranan Muhammadiyah dalam Mengembangkan Pendidikan Nasional pada Pengajian Ramadhan, Sabtu (1/4/2023) (Rahmad/PWMU.CO)

Berorientasi ke Depan, Sekolah Muhammadiyah Jadi Model, liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Fiska Puspa Dwi Arinda

PCM GKB – Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Khozin MSi menyampaikan materi Peranan Muhammadiyah dalam Mengembangkan Pendidikan Nasional pada Pengajian Ramadhan, Sabtu (1/4/2023).

Dalam kegiatan yang diselenggarakan Mugeb Islamic Center (MIC) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik, dia menjelaskan, pertama pendidikan Muhammadiyah dari prespektif sejarah.

“Jika dilihat dari perspektif sejarah pendidikan Muhammadiyah berkembang dari bawah. Itu sungguh dan berkembang atas inisiatif masyarakat dari tokoh-tokoh persyarikatan,” tutur Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Dia mengutip quote di Nurcholis Madjid, jika sekolah Muhammadiyah ingin maju, maka orang-orang Muhammadiyah harus menyekolahkan putra-putrinya di lembaga pendidikan Muhammadiyah.

“Dari kutipan tersebut, maka bapak dan ibu guru pimpinan Persyarakatan yang ada di sini harus memulai, putra-putrinya harus sekolah di Perguruan Muhammadiyah, tidak ke mana-mana,” tegasnya di hadapan peserta di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik.

Pendidikan Model

Khozin menjelaskan hal kedua yaitu pendidikan Muhammadiyah secara historis. Muhammadiyah adalah pendidikan model dan pendidikan alternatif yang unggul. Hal ini sudah didesain Kiai Ahmad Dahlan ketika menggagas pendidikan Muhammadiyah.

“Arus utama pendidikan yang ada saat itu memang berbeda di mana pendidikan pesantren orientasi akhirat, sedangkan pemerintah kolonial orientasinya dunia,” jelasnya.

Dia memaparkan, Kiai Ahmad Dahlan pada saat itu menawarkan model baru yaitu sekolah outstanding yang awalnya tidak ada jadi benar-benar baru dan kalau sama dengan yang ada tidak akan dinikmati masyarakat.

“Kalau sekolah Muhammadiyah menjiplak desain kurikulum pemerintah pasti gagal berkembang karena kurikulum didesain standar minimal yang perlu dikembangkan lagi,” tuturnya.

Meskipun sama-sama sekolah Muhammadiyah mestinya harus berbeda. Sekolah di sini harus berbeda dengan sekolah Muhammadiyah yang lain dalam segi program harus berbeda gagasan ide baru yang ditawarkan sekolah.

“Jadi bapak ibu guru jika berkiblat pada sejarah sekolah model, saya harap di wilayah Gresik harus getok tular menjadi pendidikan model. Tawarkan program-program baru, tidak harus sekolah enam hari bisa juga dua hari,” pungkasnya.

“Inti sekolah niku nopo bapak ibu guru?” tanyanya kepada peserta kajian.

Inti sekolah itu, lanjutnya, belajar dan inti belajar adalah membaca dengan kritis mempertanyakan apa yang sudah dibaca.

Orientasi ke Depan

Ketiga, orientasi ke depan. Jadi pendidikan Muhammadiyah itu berorientasi ke depan. Tanpa mempersiapkan anak-anak kita ilmu dasar, maka ketika lulus kuliah pasti kaget karena dunia berubah sangat cepat.

Dia menyampaikan, pendidikan harus mengacu pada masa depan. Bagaimana cara merancangnya? Itu tanggung jawab pimpinan sekolah bersama tim untuk merumuskan apa yang diperlukan sikap dan karakter jiwa yang diperlukan anak di masa depan.

“Tujuan pendidikan Muhammadiyah dengan tujuan pendidikan nasional memiliki dua perbedaan yaitu di kemajuan dan unggul (beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, berkemajuan, unggul, demokratis, dan bertanggung jawab).

12 item tersebut, tekannya, harus menjadi tanggung jawab bapak dan ibu guru di semua jenjang untuk menanamkan nilai-nilai itu. (*)

Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Sumber berita Berorientasi ke Depan, Sekolah Muhammadiyah Jadi Model

Membirukan Kembali Dakwah Muhammadiyah

Pradana Boy ZTF MA PhD mengkaji Revitalisasi dan Transformasi Dakwah Muhammadiyah dalam Pengajian Ramadhan 1444 H oleh Mugeb Islamic Center (MIC) Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik, Jumat (31/3/2023) (Ichwan Arif/PWMU.CO)

Membirukan Kembali Dakwah Muhammadiyah, liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Fatma Hajar Islamiyah

PCM GKB – Pradana Boy ZTF MA PhD mengkaji Revitalisasi dan Transformasi Dakwah Muhammadiyah dalam Pengajian Ramadhan 1444 H oleh Mugeb Islamic Center (MIC) Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik, Jumat (31/3/2023).

Dia menjelaskan revitalisasi hadir untuk membirukan kembali. Jika kaitannya dakwah, maka membirukan kembali dakwah Muhammadiyah.

“Sedangkan transformasi dalam pemakamannya disandingkan dengan reformasi. Transformasi ini merupakan perubahan yang bertahap dan berkelanjutan sampai pada tahapan puncak.”

Revitalisasi dan transformasi lahir karena adanya perubahan yang terjadi. Dan perubahan memiliki pengaruh terhadap ragam persepsi yang muncul di tengah masyarakat.

Ragam Persepsi

Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menceritakan tentang pengalaman mendapati ragam persepsi masyarakat terkait pemahamannya tentang Muhammadiyah.

Pertama, penafsiran tentang Pimpinan Daerah Muhammadiyah atau disingkat PDM. “Suatu ketika saya naik becak, dan menyampaikan minta diantar ke Kantor PDM. Dengan semangat, tukang becak langsung berangkat tanpa banyak bertanya,” ceritanya.

Batinnya akan tepat diantarkan ke kantor PDM. Ternyata diantarkan ke Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Pradana Boy kemudian mengulas hikmah, ada hal penting yang perlu dievaluasi tentang eksistensi Muhammadiyah di masyarakat.

“Jangan sampai Muhammadiyah hanya eksis di kalangan kita, oleh sebab itu dakwah harus diperluas dengan beragam metode,” tegasnya.

Kedua, pemahaman tentang Muhammadiyah dan organisasi lain. Dalam budaya Melayu mengaji harus ada sanadnya.

Saat menjalani studi di Malaysia, dia kerap menjemput anaknya dan menunggu sambil belajar al-Quran. Lalu didatangi seseorang dan bertanya dipertanyakan tentang sanadnya dalam mempelajari al-Quran.

Kepala Pusat Studi Islam dan Filsafat UMM itu kemudian mengorelasikan tentang strategi dakwah yang menyeluruh. Sehingga informasi tentang gerakan Muhammadiyah dapat tersampaikan secara komprehensif dan tidak menimbulkan kerancuan.

Dari kedua kisah tersebut mewakili rapat persepsi masyarakat tentang Muhammadiyah. Sehingga kesemuanya memerlukan solusi dakwah yang transformatif, bertahap dan konsisten.

Peserta Pengajian Ramadhan MIC PCM GKB Gresik (Rahmad/PWMU.CO)

Dakwah Transformatif

Ketua Bidang Riset Inovasi dan Publikasi Tabligh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu memberikan gambaran konkret tentang dakwah transformatif.

“Muhammadiyah itu memiliki banyak perguruan tinggi, dan mahasiswanya berasal dari latar belakang yang heterogen. Kondisi tersebut memerlukan strategi dakwah khusus yang harus dilakukan,” ungkapnya.

Dakwah transformatif dilakukan agar tepat dan bermakna bagi sasaran. Sebagaimana yang diterapkan UMM tentang kebijakan mengenakan hijab. Pertama, mahasiswi tidak wajib berjilbab. Kedua, di bulan Ramadhan mahasiswi wajib berjilbab.

Dia mengulas tentang kebijakan tersebut bahwa kebijakan kontroversi itu banyak ditentang tetapi mengandung hikmah. Dengan kebijakan pertama, menunjukkan dakwah bagi semua kalangan. Dan kebijakan kedua memberikan wadah bagi siapa saja yang belajar di sana untuk belajar berhijab bagi yang belum.

Kebijakan tersebut merupakan salah satu strategi dakwah untuk kalangan luas. Karena jumlah mahasiswi tidak sedikit, dan untuk melakukan penyamaan persepsi butuh modal awal saling percaya. Sehingga kebijakan pertama dan kedua menjadi strategi yang tidak dapat dipisahkan.

Dakwah Muhammadiyah

Dosen kelahiran Mencorak, Brondong, Lamongan itu menyebutkan tiga konteks kelahiran konsep dakwah Muhammadiyah. Pertama, dari tradisionalisme Islam menuju ijtihad dan rasionalisasi.

Jika ajaran Islam sesuai dengan hukum adat maka boleh diterapkan. Hal tersebut direspon Muhammadiyah dengan transformasi dakwah yang didasari ijtihad dan rasionalisasi.

Kedua, jawaisme menuju tajdid dan rasionalisasi. Hampir sama dengan konteks kelahiran yang pertama bahwa korelasi agama dengan budaya pedalaman memiliki kekuatan tersendiri untuk mempengaruhi masyarakat.

“Muhammadiyah hadir dengan strategi dakwah dengan pembaharuan atau tajdid dan rasionalisasi beragama.”

Ketiga, modernisasi kolonial menuju gerakan sosial. Fase ini terus berjalan hingga kini, tentang modernisasi kolonial. Sehingga Muhammadiyah hadir dengan gerakan dakwah sosial melalui berbagai amal usahanya.

Misi dan Etika Gerakan Dakwah

Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren PWM Jawa Timur itu menjelaskan tentang misi gerakan dakwah Muhammadiyah.

“Misi tersebut adalah pemberdayaan kaum pinggiran, menyatukan umat Islam, memberdayakan kaum perempuan, memelihara dan mengembangkan akal manusia,” ujarnya.

Misi tersebut memiliki aksi yang bervariasi yang disesuaikan dengan ruang lingkup dakwah sehingga meminimalisir culture resisten atau penolakan kultural sebagaimana yang pernah terjadi di awal dakwah Muhammadiyah.

“Hal tersebut dilakukan dengan etika gerakan yang dipegang oleh Muhammadiyah,” kata dia

Etika gerakan dakwah Muhammadiyah antara lain sukarela untuk kemanusiaan, kebersamaan, profesional tanpa pamrih, etika welas asih, etika kebudayaan, etika guru-murid, etika kenabian, dan etika al-Ma’un.

“Revitalisasi dan transformasi dakwah Muhammadiyah harus terus digerakkan sehingga akan meluas dakwah ideologis Muhammadiyah di manapun berada,” tandasnya. (*)

Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Sumber berita Membirukan Kembali Dakwah Muhammadiyah

Pengajian Ramadhan Sarana Pemahaman dan Pengamalan Islam

Sambutan dr Umar Nur Rachman SpPD dalam Pengajian Ramadhan 1444. Pengajian Ramadhan Sarana Pemahaman dan Pengamalan Islam(Ichwan Arif/PWMU.CO)

Pengajian Ramadhan Sarana Pemahaman dan Pengamalan Islam, liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Ririn Masfaridah

PCM GKB– Mugeb Islamic Center (MIC) Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik, Jawa Timur mengadakan Pengajian Ramadhan, Jumat-Sabtu (31/3-1/4/23).

Dalam sambutannya, Ketua PCM GKB periode 2015-2022 Muhammad Jufri BE Sos menyampaikan dalam menjalani bulan Ramadhan ini hendaknya dengan penuh semangat dalam mempersiapkan bekal akhirat.

“Alhamdulillah kita berada di lingkungan Muhammadiyah GKB, lingkungan yang menebar semangat dalam berbuat kebajikan, salah satunya adalah kegiatan Pengajian Ramadhan” katanya.

Dalam Pengajian Ramadhan ini, lanjutnya, marilah kita terus semangat dalam mempersiapkan bekal akhirat. Dia juga menyampaikan syukur dan harapan kepada Ketua PCM terpilih dr Umar Nur Rachman SpPD dalam memajukan PCM GKB Gresik untuk lebih baik lagi.

“Alhamdulillah, saya sebagai sesepuh di PCM GKB bersyukur diteruskan semangatnya oleh yang usianya jauh lebih muda. Insyaallah PCM GKB semakin maju dan menjadi teladan untuk lainnya,” harapnya.

Membawa Keberkahan

Dalam sambutannya, Ketua PCM GKB Gresik periode 2022-2027 dr Umar Nur Rachman SpPD menyampaikan terima kasih pada panitia penyelenggara Pengajian Ramadhan 1444.

“Terima kasih atas terselenggaranya kegiatan Pengajian Ramadhan di majelis ini yang insyaallah senantiasa membawa keberkahan untuk semua,” katanya.

Baginya kegiatan pengajian selama dua hari ini bisa menjadi sarana untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran Islam.

Dia juga menyampaikan terima kasih atas harapan yang telah diberikan padanya untuk membawa PCM GKB ke arah yang lebih baik lagi.

“Untuk amanah yang telah diberikan, kami mohon kerjasama baik dari pengurus lama dan seluruh rekan di Muhammadiyah GKB untuk bersama-sama dalam memajukan Muhammadiyah sebagai bentuk dakwah kita semua,” tegasnya.

Kegiatan Pengajian Ramadhan ini dilaksanakan di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah GKB Gresik dengan diikuti seluruh guru dan karyawan sekolah Muhammadiyah GKB (Mugeb Schools) serta sekolah mitra GKB Gresik. (*)

Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Sumber berita Pengajian Ramadhan Sarana Pemahaman dan Pengamalan Islam