
PCM GKB – Teater SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik meraih posisi puncak pada Lomba Drama Legenda Nusantara yang dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Manyar Gresik, Sabtu (14/6/25).
Dilaksanakan di Icon Mall, Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.788, Teater Spemdalas menampilkan lakon dengan tema Sayembara Para Klenthing. Guru Seni Budaya dan Kesenian (SBK) Spemdalas selaku pelatih teater, Bambang Hermanto, S.Sn. menjelaskan bahwa proses persiapan lomba ini sekitar dua pekan.
“Peserta lomba diambil dari peserta OST Teater. Dipilih delapan siswa karena memang disesuaikan dengan ketentuan lomba. Mereka adalah Syifa Kirani Muktiningtyas Lumaksono kelas VII Brave, Maheswari Arimbi Aurora Fitrandira kelas VII ICP Fair, Uril Aini kelas VII Disciplin, Puri Sakinah Imawan kelas VII Disciplin, Nasywa Zhafirah kelas VII Disciplin, Aisha Shahnaz Leticia kelas VII Emphaty, Cleva Pradiva Putri Trissiyan kelas VII Care, dan Azzidan Arafa Septian Sujono kelas VIII DTCP Iodine,” jelasnya.
Untuk latihan, tambahnya, kita lakukan secara intensif. Sekitar tujuh kali. Meskipun belum banyak memiliki dasar seni peran, mereka semangat berlatih, disiplin, serta menjalankan evaluasi dengan baik sehingga dapat menampilkan karakter yang kuat.
Cerita yang diangkat adalah tentang pangeran Panji Asmoro Bangun yang mencari calon istrinya yang telah lama hilang sejak terjadinya perang/bubrah.
Untuk tujuan tersebut, Panji Asmoro Bangun pergi mengembara denga cara menyamar menjadi seorang pemuda yang lusuh dan tak terurus. Dalam kondisi memprihatinkan tersebut, bertemulah dia dengan mbok Rondo Dadapan yang terkenal kaya raya namun tidak memiliki anak. Alhasil, diangkatlah Panji Asmoro Bangun menjadi anak mbok Rondo Dadapan.
Cerita dimulai saat mbok Rondo Dadapan mengadakan sayembara untuk menentukan calon istri untuk anak angkatnya, Panji Asmoro Bangun.
Disajikan dengan bahasa Jawa aksen ngoko lugu, isi cerita mudah untuk dipahami. Muncul seloka Jawa yang dipopulerkan oleh Panji Asmoro Bangun terkait calon istri yang dipilihnya meski sebenarnya tidak begitu disukai oleh mbok Rondo Dadapan. Seloka iku berbunyi,
Golek kayu nemu genteng, Masio rupane ayu atine bongkeng.
“Dari saloka tersebut ada pelajaran yang bisa diambil,” lanjut Bambang.
Dia mengatakan, Klenting Kuning yang parasnya kurang menarik dan bau, tapi dipilih oleh Panji Asmoro Bangun menjadi permaisuri karena bisa menjaga harga diri seorang perempuan. Beda dengan Klenting Abang dan Klenting Ijo. (*)
Penulis Fitri Wulandari. Editor Ichwan Arif