
PCM GKB – Setelah melaksanakan shalat Jumat di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, kegiatan Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik dalam Rihlah Goes to Yogyakarya dengan tema The Story of Teenagers, Learning about Muhammadiyah dilanjutkan dengan menyusuri Kampung Kauman yang berada di sisi utara Masjid Gedhe.
Di bawah langit yang sedikit berawan, 2 rombongan memilih jalan yang berbeda. Rombongan putra yang didampingi pemandu Mas Haris Agus. Mereka menyusuri jalanan yang tidak terlalu lebar. Anak-anak begitu antusias ketika Mas Haris menjelaskan asal mula Kampun Kauman.
“Kiai Haji Ahmad Dahlan atau KH Ahmad Dahlan lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta pada 1 Agustus 1886. Selain bersejarah sebagai tempat kelahiran sang Pahlawan Kebangkitan Nasional, Kampung Kauman ditetapkan sebagai Desa Wisata oleh Dinas Pariwisata Yogyakarta,” katanya.
Dia menjelaskan, Kauman merupakan sebuah kampung yang terletak di kelurahan Ngupasan di kecamatan Gondomanan, Yogyakarta. Lokasinya berada di selatan Malioboro dan di utara Kraton Nyayogyakarta.
Bagian timur kampung ini dibatasi Jalan Pekapalan dan Jalan Pangurakan, sedangkan bagian barat dibatasi Jalan Nyai Ahmad Dahlan atau dulu dikenal dengan Jalan Gerjen.
Sementara bagian utara dan selatan masing-masing dibatasi Jalan KH. A. Dahlan dan tembok Benteng Kraton Yogyakarta. Hanya membutuhkan waktu 10 menit jalan kaki dari Kraton Kasultanan Yogyakarta. Sementara jika jalan kaki dari Jalan Malioboro, menghabiskan waktu sekitar 15 menit.

Kampung Kauman
Keberadaan Kampung Kauman dilatarbelakangi oleh pembangunan Masjid Gedhe Kauman Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat pada 29 Mei 1773. Bersamaan dengan selesainya pembangunan masjid tersebut, Sri Sultan Hamengku Buwono I mengangkat abdi dalem untuk menghidupkan aktivitas dalam masjid.
Abdi dalem ini memegang jabatan keagamaan dan mendapatkan tanah dari sultan, sebagaimana diungkapkan oleh Guillaume Frédéric Pijper dalam buku Fragmenta Islamica: Beberapa Studi Mengenai Sejarah Islam di Indonesia Awal Abad XX (1987).
Ayah Ahmad Dahlan, Kiai Haji Abu Bakar bin Haji Sulaiman, merupakan salah satu abdi dalem Kesultanan Yogyakarta. Dia menjabat sebagai khatib di Masjid Gedhe Kauman Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang bertugas memberikan khotbah salat Jumat secara bergiliran dengan khatib lainnya.
Ahmad Dahlan kecil, yang kala itu masih bernama Muhammad Darwis, dididik secara langsung oleh orang tuanya dalam lingkungan keluarga di Kampung Kauman ini. Muhammad Darwis mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan menjelang pulang usai menjalankan ibadah haji dan menuntut ilmu selama lima tahun di Makkah.
Kini, Kampung Kauman ditetapkan sebagai Kampung Wisata. Kampung ini diklaim sebagai satu-satunya Kampung Wisata yang berbasis religi agama Islam. Kampung Kauman memiliki nilai sejarah syiar keislaman, khususnya sebagai berdirinya organisasi Islam Muhammadiyah di Yogyakarta.
“Senang bisa mendapat penjelaskan Sejarah langsung dari pemandu, sekaligus bisa menyaksikan Langgar Kidoel Haji Ahmad Dahlan, bangunan sekolah yang didirikan pertama kali yang berada di depan rumahnya,” katanya. (*)
Penulis Ichwan Arif