PCM GKB β Belajar retorika dakwah mengisi hari kedua Darul Arqam Nasyiatul Aisyiyah (DANA) 1 Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) GKB Gresik. Inilah materi ke-4 atau terakhir dalam acara bertema Wujudkan Kader Berkualitas untuk Dakwah dan Kepimpinan.
Sebanyak 21 peserta masih memadati ruang kelas IX Alexandria. Pematerinya sosok wanita inspiratif dan penuh semangat, yaitu Esti Darmawati, S.Ant. Sapaan akrabnya Yunda Esti.
Esti mengawali penjelasannya dengan bertanya retorik, “Apasih retorika itu?”
Dengan didukung materi Powerpoint yang terpampang lewat TV, Esti menyampaikan, “Retorika merupakan seni berkomunikasi yang efektif baik secara tulisan ataupun berbicara untuk persuasi atau mengajak orang lain.”
Tujuan retorika pun ia paparkan satu per satu. Pertama, memberikan informasi kepada audiens. Kedua, meyakinkan audiens agar percaya dan mengikuti apa yang kita katakan.
Ketiga, memberi inspirasi. Yaitu memberikan kata-kata yang menginspirasi untuk bergerak mengikuti. Keempat, membuat bahagia dan menggerakkan seseorang.
“Semua orang bisa menjadi pemengaruh jika bisa menyampaikan dengan cara yang tepat,” tambahnya.
Strategi
Esti menambahkan, ada lima strategi atau cara menyusun retorika. Pertama, invention. Yaitu pengembangan sebuah argumen baru dari pengalaman dan pengetahuan.
Kedua, penyusunan materi. Maksudnya, ide disusun urut agar mudah dipahami dan semua materi tersampaikan.
Ketiga, style. Gaya yang dimaksud ialah cara mengambil kata yang baik. Keempat, memory. Saat berbicara, kata Esti, perlu mengingat materi yang kita sampaikan.
Yang terakhir, penyampaian materi dengan baik. “Harus memperhatikan teknik vokal, intonasi, mengatur nafas, dan kecepatan ketika berbicara atau penyampaian,” tuturnya.
Elemen Retorika
Esti juga menekankan tiga elemen dalam retorika menurut Aristoteles. Pertama, ethos (kredibilitas). Artinya, pembicara perlu membangun kepercayaan dan kredibilitas agar orang yang diajak bicara mau mendengar dan percaya.
Kedua, phatos (emosi). Maksudnya, perlu menggunakan emosi untuk bisa mempengaruhi audiens. Kalau berbicara dengan datar-datar saja, kata Esti, tentu tidak menarik.
Ketiga, logos (logika). Esti menekankan perlunya menggunakan argumen logis dan fakta untuk memperkuat pendapat. Maka, perlu menyiapkan data dan belajar dahulu, termasuk mengenal lawan bicara, sebelum mengajaknya berdiskusi.
Praktik Retorika Dakwah
Usai menyampaikan materi pamungkas ini, Esti yang juga berperan sebagai Master of Training (MoT) menyampaikan harapannya. “Setelah selesai DANA I ini PCNA GKB bisa mengajak cabang-cabang lain untuk segera melaksanakan DANA I juga,” ujarnya.
Alhasil, ia menutup sesinya dengan praktik langsung. Ia mengajak empat perwakilan peserta bermain peran. Ada yang memerankan kader Nasyiah GKB, ada pula yang memerankan kader Nasyiah cabang lain. Akhirnya, dua pasang peserta maju.
Pada sesi ini, Esti menilai bagaimana cara kader Nasyiah GKB mengajak kader lain mengenal Nasyiah maupun ikut DANA. Tawa dan tepuk tangan peserta pecah ketika berbagai jurus jitu dilontarkan para kader yang kompak pakai baju hitam dengan kerudung merah muda itu.
Dari sesi praktik ini, Esti menekankan pentingnya mengarahkan pembicaraan sesuai tujuan awal. “Sangat menghibur ya, tapi konten pentingnya perlu lebih ditekankan lagi,” sarannya. (*)
Penulis Alsalimatus Sa’diyah Editor Sayyidah Nuriyah