Berkat surat misterius yang dibawa burung hantu, Harry Potter seakan-akan menemukan dunia sihir. Dunia yang tidak pernah bisa dilupakan. Β
Penulis Amanda Farahdhia, siswa kelas IX B SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik
PCM GKB β Buku Harry Potter dan Batu Bertuah karya J.K. Rowling menceritakan Harry Potter belum pernah jadi bintang tim Quidditch. Mencetak angka sambil terbang tinggi naik sapu. Dia tak tahu mantra sama sekali, belum pernah membantu menetaskan naga ataupun memakai jubah gaib yang bisa membuatnya tidak kelihatan.
Selama ini, dia hidup menderita bersama paman dan bibinya, serta Dudley, anak mereka yang gendut dan manja. Kamar Harry adalah lemari sempit di bawah tangga loteng, dan selama sebelas tahun, belum pernah sekali pun dia merayakan ulang tahun.
Tetapi semua itu berubah dengan datangnya surat misterius yang dibawa oleh burung hantu. Surat yang mengundangnya datang ke tempat luar biasa, tempat yang tak terlupakan bagi Harry. Karena di tempat itu dia tak hanya menemukan teman.
Tempat itu juga menggunakan sihir dalam segala hal, dari pelajaran sampai makanan, melainkan juga takdirnya untuk menjadi penyihir besar kalau Harry berhasil selamat berhadapan dengan musuh bebuyutannya.
Dalam buku yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, keunggulannya terletak pada cerita yang jelas. Secara keseluruhan buku ini cukup baik dan seru, serta saat membacanya kita akan merasa seperti masuk ke dalam dunia sihir dan tidak akan bisa berhenti membaca.
Buku ini cocok untuk semua kalangan pembaca. Penyampaian cerita pada buku ini sangat menarik pembaca dan sangat membuat penasaran. Tokoh yang ada di dalam buku ini pun diceritakan dengan baik dan detail. Buku ini dapat melatih otak untuk berimajinasi lebih dalam lagi untuk menggambarkan skenario yang disampaikan penulis.
Di balik keunggulan, buku ini juga memiliki kekurangan. Menurut saya, buku ini memiliki beberapa hal atau istilah istilah yang sedikit sulit dimengerti serta tidak terdapat penjelasan mengenai arti dari istilah istilah sulit tersebut. (*)
Editor Ichwan Arif.