Militansi dalam Amal Usaha Muhammadiyah

SMAMIO-PCMGKB. –Dalam menjaga dan mengamankan amal usaha Muhammadiyah, prinsip yang harus dipegang adalah sikap pantang menyerah terutama demi kemajuan perserikatan Muhammadiyah.”Muhammadiyah tidak boleh takut untuk berkompetisi. Sesuatu tidak bisa berkembang dengan baik jika tidak bisa bersaing dengan pihak lain,” jelas Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) bidang Waqaf dan Zis, Prof. Dr. Thohir Luth pada acara Baitul Arqam di SMA Muhammadiyah 10 GKB, Sabtu (18/06/2016).

Thohir menjelaskan di Muhammadiyah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) merupakan amanat pada perserikatan selaku pemilik yang kemudian diselenggarakan oleh majelis selaku penyelenggara dan diserahkan kepada pimpinan AUM selaku pengelola.”Kesemuanya mendapat amanat yang tidak boleh menghianati amanat dan membuat apa yang diamanati menjadi lebih baik dan lebih maju,” pesannya.

Umat Islam dalam Kancah Dunia

Selanjutnya, sumber daya manusia menjadi motor penggerak dalam memajukan amal usaha Muhammadiyah.”Sumber daya manusia yang mendahulukan kepentingan umat dibandingkan lainnya merupakan modal utama kemajuan amal usaha,” paparnya.

Ada banyak ancaman, hambatan bahkan tantangan yang dihadapi dalam menjalankan amal usaha. Semua hal itu bisa diatasi dengan cara militansi perjuangan.”Sehingga saya tidak setuju dengan adanya prinsip if you can’t fight them then joint them. Karena prinsip ini membuat Muhammadiyah tidak mandiri atau berdaulat.

Beberapa prinsip yang harus dipegang dalam menjalankan amal usaha Muhammadiyah adalah mengajarkan bersama-sama membangun, merawat dan menyelamatkan Muhammadiyah.”Untuk menjadi karyawan harus dari anggota Muhammadiyah. Contohnya, rektor di Universitas Muhammadiyah harus menjadi anggota Muhammadiyah minimal lima tahun,” jelasnya.

Pengelola harus memiliki kesadaran amal usaha yang telah dimanatkan itu bukan milik pribadi atau keluarga.”Sehingga Muhammadiyah dengan tegas adanya kebijakan adanya yayasan dalam menjanlan amal usaha Muhammadiyah. Semua dasarnya pada akta perserikatan Muhammadiyah.”Sehingga pengalaman pahit hilangnya aset di Universitas Muhammadiyah Jember dan beberapa amal usaha tidak terulang kembali,” ungkapnya.

Saat ini,katanya, terdapat 150 (seratus lima puluh) panti asuhan dan 37 (tiga puluh tujuh) sekolah memiliki akta yayasan sendiri.”Ini yang harus diselesaikan dengan baik,” harapnya.

Saat ini, Muhammadiyah menjadi incaran pihak luar. Bahkan, ada upaya untuk dihancurkan. Maka kunci utama adalah adanya legal standing yang jelas, tidak boleh bermain-main dalam melaksanakan tugas dan buka jalur komunikasi.”Kita harus ingat atas janji Allah di surat Muhammad ayat tujuh,” katanya. (aries kurniawan/infokom)

Comments

comments