Oleh : Hj. Irene Handono
(Disampaikan pada Rabu, 18 Mei 2016 di Masjid Nurul Jannah)
Dalam ayat di atas disebutkan بِعَبْدِهِ (hambanya). Siapa yang dimaksud dengan بِعَبْدِهِ di atas? Jawabnya adalah Muhammad Rasulullah. Penegasan ini merupakan bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan juga utusan Allah. Sehingga tidak ada penuhanan manusia yang dilakukan oleh umat atau kaum lainnya.
Pada zaman Nabi Musa, sejarah menorehkan kaumnya telah bertindak syirik dikarenakan hasutan Samiri yang mengumpulkan seluruh emas wanita umat Musa dan menjadikan patung anak sapi sehingga disembah oleh umat Musa.
Selanjutnya pada cerita India yakni perang Barata Yudha, disebutkan adanya sais/supir yang bernama Krisna. Dan Krisna ini merupakan ahli strategi perang. Setiap perang yang diikuti Krisna maka perang itu memperoleh kemenangan. Seiring berjalannya waktu, Krisna digambar lalu diwujudkan dalam bentuk patung sehingga akhirnya di-Tuhankan.
Pada peradaban China terkenal adanya panglima Fu Hi. Sama halnya dengan Krisna, Fu Hi memperoleh kemenangan setiap memimpin pasukan. Namun setelah Fu Hi meninggal maka China mengalami kekalahan dua kali beruntun. Lantas, muncul usulan untuk membuat patung Fu Hi setinggi empat meter yang diletakan di tengah-tengah balirung atau aula. Sebelum pasukan berperang maka wajib untuk melakukan penyembahan kepada Fu Hi.
Selanjutnya, seorang Nabi yang dipertuhankan yakni Isa AS. Penuhanan Isa itu terjadi pada tahun 325 Masehi. Prosesnya, Kaisar Constantine melaksanakan konsili semacam Muktamar atau Konfrensi di Nizea (wilayanya terletak di Turki). Hasilnya, mengganti konsep polyteisme – paganisme menjadi Trinitas yakni melantik Yesus sebagai Tuhan.
Hal ini wajar karena Kaisar Constantine pada saat itu belum Kristen yang masih menganut penuhanan Dewa-Dewi. Seperti halnya Dewa kepala yakni Zeus, Dewi Xena yang menjadi idola pemuda karena cakep dan jagoan. Demikian juga halnya idola pemudi Hercules yang gagah perkasa.
Lantas, Kaisar Constantine membuat kesepakatan tentang jumlah Tuhan. Tidak mungkin jumlahnya satu seperti halnya Yahudi. Lantas disepakati tiga yakni Tuhan Bapa-Putra dan Roh Kudus. Konsep irasional ini dibuat simbol segitiga yakni Tuhannya satu namun pribadinya tiga.
Menghadapi hal ini, umat Islam harus hati-hati. Terutama menghadapi perang pemikiran tentang Trinitas yang menyamakan dengan asmaul husna. Tentang penggambaran Tuhan maka Tuhan Bapak digambarkan sebagai lelaki tua, sedangkan untuk Tuhan anak digambarkan dengan lelaki muda. Namun, yang masih belum memperoleh hasil adalah penggambaran roh kudus. Sehingga mereka menggambarkan roh kudus sebagai burung merpati putih. Kalung liontin burung merpati ini menjadi heboh ketika car free day di Jakarta.
Dari sejarah yang ada, Alhamdulillah umat Islam dilarang untuk menggambar Muhammad Rasulullah apalagi Allah. Jika ini dibiarkan tentunya Muhammad sudah pasti akan dipertuhankan sama seperti umat lainnya.
Tahun 1925 secara teknis Kristenisasi dilakukan dengan cara (maaf,red) dipacari, dihamili baru dikawini dengan cara pindah agama Kristen. Dalam satu kasus, dijumpai seorang perempuan yang keluarganya Islam kemudian pendah agama menjadi Kristen. Dia mengaku telah dijumpai Yesus selama delapan kali sejak dua bulan pindah agama.
Namun penggambaran Yesus yang dilihatnya persis aktor hollywod. Karena di beberapa wilayah Yesus digambarkan seperti ciri-ciri umum orang setempat. Namun, ada satu halyang masyarakat belum tahu bahwa di setiap gambar terdapat gambar matahari di belakang gambar Yesus tersebut. Gambar matahari tersebut merupakan simbol Dewa Matahari yang lahir pada 25 Desember.
Umat Islam tidak akan tertipu bahkan menginguti ajakan Kristenisasi jika mereka mau membaca dan mempelajari agamanya dengan baik. Padahal, kitab suci yang surat pertama atau ayat pertama yang memperintahkan untuk membaca hanyalah Islam. Selain itu, dalam kitab suci yang lain seperti Injil atau Bibel terbukti 83 % (delapan puluh tiga persen) bukan ucapan nabi Isa.
Pemimpin tinggi Katholik seperti halnya Paus Fransiscus pun menyatakan bahwa tidak ada Tuhan Katholik yang trinitas.’’Saya percaya Tuhan namun bukan Tuhan Katholik yang trinitas.’’ Demikian yang dikutip oleh beberapa media diantaranya adalah Kompas.
Pembatisan itu baru muncul pada abad ke-lima masehi. Bahkan jika melihat bagaimana orang Kristen melakukan ibadah saat di dalam gereja yakni dengan cara duduk dan bernyanyi. Tidak ada gerakan sujud. Padahal Nabi Isa mengajarkan sholat dan berpuasa.
Sebagai penutup umat Islam harus mewaspadai lima propaganda kaum liberalisme dalam menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya.
Propaganda tentang sholat.
Sholat itu hukumnya wajib dan pelaksanaanya harus bersih dari riya. Maka jangan sholat dulu sebelum ikhlas.
Propaganda tentang jilbab.
Lebih baik jilbabin dulu hatinya baru mengenakan jilbab. Padahal perintah dalam Al Quran jelas wajib menutup aurat bagi muslimah secara fisik.
Propaganda dalam memilih pemimpin.
Daripada memilih pemimpin muslim yang korup lebih baik memilih pemimpin Kristen yang jujur dan adil. Padahal dalam Al Quran sudah jelas perintah untuk memilih pemimpin muslim. Selain itu, propaganda ini tidak seimbang. Artinya, membandingkan antara yang baik dengan yang buruk. Seharusnya membandingkan antara yang baik dengan baik. Yang buruk dengan buruk. Contohnya lebih baik mana pemimpin muslim yang jujur dan adil dibandingkan dengan pemimpin Kristen yang jujur dan adil. Atau lebih baik mana pemimpin muslim yang korup dengan pemimpin kristen yang korup.
Propaganda dalam berpolitik.
Islam itu suci dan ulama itu mulia maka jangan berpolitik karena politik itu kotor.
Syariat Islam.
Menentang hukum qishos bagi pembunuh, pencuri maupun perampok dengan alasan Hak Asasi Manusia (HAM). Lantas, bagaimana dengan korban yang telah meninggal atau mengalami kerugian lainnya.
(Disampaikan pada Rabu, 18 Mei 2016 di Masjid Nurul Jannah)
(Aries Kurniawan/infokom)